Jumat, 15 April 2011

KEMULIAAN WEDA SEPANJANG ZAMAN


Dalam Agama Hindu, tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai Moksa, ketentraman batin, kebahagian rohani. Moksa dalam bahasa sangsekerta juga disebut  ananda dan dalam bahasa jawa kuno disebut  aginak ginak. Moksa adalah menyatunya atman atau roh (sumber hidup makhluk) dengan parama atman, roh maha besar alam semesta ini (panunggalin kawula lan gustii) serta merasakan kehadiran Tuahan Yang Maha Esa yang sering disebut iswara saksatkara. Selain itu tujuan agama juga mendapatkan jagadhita yakni kesejahteraan jasmani, hidup harmoni, kedamaian masyarakat umat manusia di dunia. Tuhan yang maha pengasih dan penyayang mewahyukan ajaran suci agama kepada para nabe yang juga disebut maha rsi, bukan untuk kepentingan pribadi. Tuhan yang maha kuasa di dalam segala galanya, penciptaan alam semesta dengan berjuta – juta etnis ciptaannya dari yang teramat besar seperti planet, maupun ciptaannya yang teramat kecil berupa atom dan energi yang di dalam filsafat hindu disebut paramanu, tiada membutuhkan apapun dari ciptaannya. Karena-Dia maha kuasa maha di dalam segala – galanya.
Tuahan mewahyukan ajaran agama yang suci melalui para rsi/nabe untuk memberikan moksa dan jagadhita kepada umat manusia, makhluk ciptaannya yang paling dimuliakan-Nya diantara semua makhluk. Diantara makhluk ciptaan Tuhan, hanya manusia sebagai makhluk yang tertinggi yang diberikan akal yang tajam untuk menemui berbagai rahasia alam berupa ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang canggih untuk kemudahan hidupnya. Selain itu, hanya manusia diberikan agama utnuk mendapat jagadhita yakni kesejahteraan, kedamaian jagat yang berarti masyarakat, umat manusia didunia serta untuk mendapatkan moksa yaitu ketentraman batin, kebahagian rohani, kesucian dan sebagainya, hingga dapat melihat, mengalami langsung serta merasakan kehadiran-Nya yang maha gaib yang dalam teologi hindu disebut iswara saksatkara (face to face with god).
Keagungan Tuhan dalam kekuatannya di alam ini dirasakan oleh umatnya berupa kehadiran kita sebagai manusia yang tak terlepas dari siklus (lahir, hidup dan mati). Begitu juga dengan alam ini Tuhan menciptakan segala isinya disebut dengan brahma, Tuhan memelihara alam semesta ini disebut dengan visnu ,dan Tuhan melebur alam ini disebut dengan siva.  Dalam menjalani hidup yang penuh suka, duka lara dan pati (hidup, lahir dan mati) seiring kearifan lokal membaur dalam agama. Karena agama sendiri adalah sebuah budaya suci yang diciptakan oleh Tuhan berdasarkan cipta, rasa dan karsa. Maka manusia dituntut untuk melakukan tapa (pengendalian diri), brata ( mengurangi kesenangan duniawi), yoga (mengingatkan batin dengan Tuhan, berbakti dan menyerahkan diri kepada-Nya) serta  samadhi atau mengkonsentrasikan pikiran terhadap Tuhan.
Agama yang terdapat unsur cipta rasa dan karsa, menuntut manusia untuk menciptakan keadaan diri (bhuana alit) dan dunia (bhuana agung) dalam keadaan seimbang yg penuh dengan keharmonisan. Rasa mengajarkan kita menyelaraskan hubungan dengan segala ciptaan yang ada di alam ini dan cipta mengarahkan manusia untuk berbuat baik berdasarkan dharma agama yang berdasarkan yadnya. Dengan melaksanakan yadnya, kestabilan rasa dan karsa akan melahirkan sila (tingkah laku) umatnya untuk berbuat yang baik (kayika parisudha), berkata yang benar ( wacika parisudha) dan berfikir yang bersih, berhati jernih, tidak mereka – reka untuk membawa penderitaan terhadap orang lain (manacika parisudha) atau tan akira kira hala ring wong len.
Dharma agama selalu mengajarknan manusia untuk maitri yg selalu mengusahakan perdamaian dan persahabatan. Karuna, kasih sayang serta berusaha mengentaskan penderitaan orang lain. Terutama orang miskin dan papa (penuh dosa). Upeksa, mengajarkan kita untuk bersifat pengampun dan mudita menjauhi sifat iri, dengki dan sebagainya. Dharma Agama hendaknya menjadi pengendali kama yaitu naluri dan nafsu duniawi serta pengendalian artha yakni benda atau sarana hidup untuk memenuhi kama yang menyerap emosi seluruh makhluk hidup. Dengan terkendalinya kama dan artha oleh dharma,  jagadhita akan tercapai. Dengan tekun melaksanakannya dharma yang terdiri dari sila, yadnya, tapa, brata, yoga, semadhi, manusia dapat mencapai moksa, kesucian ketentraman batin (ananda), merasakan kehadiran Tuhan (iswara saksatkara), menunggallnya  atma dengan parama atma. Inilah ajaran pokok agama hindu yang perlu diresapi. Karena tiada harta, tiada kedudukan, tiada ketampanan dan kebangsawanan maupun kepintaran yang bernilai dihadapan Tuhan menurut ajaran agama hindu. Melainkan dengan tekun melaksanakan dharma, itulah yang paling mulia dihadapan-Nya.
Inti sari dalam Agama Hindu (weda) berlaku disetiap zaman. Walaupun tak ada yang tahu berapa usia weda??? belum ada satupun pakar yang mampu menjawab dengan pasti. Bahkan Gautama Bhuda lahir 2.500 silam tidak mengetahui kapan weda sebagai kitab suci Agama Hindu itu datang menjelma ke dunia ini. Penelitian sudah banyak dilakukan, namun kemudian muncul kesimpulan, bahwa weda adalah anadi dan nitya, tanpa permulaan dan kekal abadi. selain itu weda juga dikatakan anantavaivedah atau tidak terbatas. Dengan demikian bila Agama Hindu disebut agama tertua, itu tak bisa dibantahkan. Namun jika ajaran agama hindu yang tertuang dalam weda dikatakan ketinggalan zaman, pernyataan itu perlu diluruskan. Karena weda dikatakan sumber dari segala ilmu pengetahuan. Weda selalu diperlukan kapan dan dimana saja. Dengan kaliamat ini, weda selalu mampu menjawab dinamika zaman. Dalam zaman apapun dapat diterapkan, baik dimasa lampau, di masa yang datang, maupun dimasa kini. Pada saat pesatnya ilmu pengetahuan, canggihnya tekhnologi serta berbelit-belitnya globalisasi politik, yang menimbulkan kekerasan, kekacauan bahkan penderitaan terhadap umat manusia serta mengorbankan nyawa manusia yang tak berdosa.
Nyawa bagi makhluk hidup adalah harta suci yang paling berharga. Mengambil dan menghancurkan jiwa seseorang atau membunuh orang – orang yang tak berdosa tiada ampun bagi Tuhan, bahkan karena perbedaan dalam diri manusia termasuk agama didalamnya sering mengakibatkan pertumpahan darah. Dan inilah dosa terbesar dalam kehidupannya. Tuhan yang menciptakan manusia, tiada hak untuk manusia untuk menghabisinya tanpa dosa apapun.
Dalam Hindu, menyanyangi segala makhluk hidup yang ada di alam ini termasuk menjalakan perintah Tuhan yaitu ahimsa. Ahimsa yang berarti tiada membawa penderitaan , tiada mengambil nyawa segala makhluk hidup adalah kebajikan paling mulia menurut ajaran Hindu. Hak azasi, keadilan harus diperjuangkan semua ajaran agama menjunjung tingga hak tersebut (terkecuali agamnya bukan wahyu Tuhan melainkan wahyu setan). Namun perlu diingat bahwa perjuangan untuk itu semua jangan sampai membawa bencana, mala petaka dan pembunuhan nyawa manusia yang tak berdosa dengan dahlil hak azasi, keadilan dan sebagainya. Ahimsa tiada membawa penderitaan serta mengambil nyawa segala makhluk, kebajikan paling mulia hendaknya menjadi pedoman insan hindu. Astungkara